Rabu, 01 November 2017

AMDAL LIMBAH RUMAH TANGGA



TUGAS AMDAL

Pengaruh Limbah Rumah Tangga Terhadap Lingkungan

Merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga, bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat-obatan dan aki.
Limbah rumah tangga dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

a) Sampah



Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya.

b) Air limbah

Air limbah rumah tangga

Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan oleh rumah tangga yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan terhadap limbah.
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit.

c) Sampah manusia.
Penampung sampah manusia yang ideal

Merupakan istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. Selain itu sampah manusia juga dapat berupa sampah konsumsi. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.


Penanggulangan Limbah Rumah Tangga

a) Daur ulang
Pemanfaatan sampah organik. Kegiatan pemanfaatan sampah organic, adalah pengomposan. Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan lingkungan.

Contoh sampah anorganik

Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti  kaleng, kertas, plastik, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.



b) Pengurangan dan pengelompokan sampah


Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan.
Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda.

c) Pembakaran/pemusnahan sampah


Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Tetapi harap diperhatikan juga lokasi dan dampak pembakaran sampah bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Rabu, 04 Oktober 2017

Tugas AMDAL "Dampak Bengkel Las Terhadap Lingkungan"



Tugas Teknik Lingkungan & AMDAL


DAMPAK BENGKEL LAS
TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA

https://id1-cdn.pgimgs.com/listing/8661629/UPHO.39581354.V800/Rumah-Tangerang-Indonesia.jpg


1.                   PENJELASAN BENGKEL LAS
Bengkel Las adalah salah satu bangunan komersial yang umunya beradi di kawasan perkotaan atau berada di pinggir pinggir jalan raya yang ada, di Indonesia ini sudah mayoritas tahu bahwa bengkel las adalah tempat untuk mengelas, membuat berbagai macam benda yang terbuat dari besi, contohnya semisal : pagar, kursi, meja, kerangka gerobak, kerangka motor, dan lain sebagainya.
 Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya. Dibalik itu terdapat berbagai dampak dari bengkel las, yaitu ada dampak positif dan ada dampak negatif antara lain:


2.      DAMPAK NEGATIF DARI BENGKEL LAS TERHADAP LINGKUNGAN:

·        Asap Las
Asap ini jika terkena mata tidak kalah sakitnya seperti terkena sinar yang ditimbulkan, bisa mengakibatkan rasa pedih dan sakit. Karena asap ini bukan sembarang asap yang sekedar asap biasa yang ditimbulkan, tapi dibalik asap ini ada semacam debu yang ikut terbawa kepulan asap yang mengakibatkan asap menjadi tajam di bola mata. Dan jika terhirup juga sangat bahaya, karena butiran-butiran debu sangat tidak baik di paru-paru. 

·        Sinar Ultraviolet 
Sinar Ultraviolet ini akibatnya bisa dirasakan secara langsung ketika kita sedang melakukan / pada proses pengelasan. Jika terkena kulit, akan mengakibatkan kulit menjadi terbakar dan mengelupas. Dan jika terkena mata, maka akan mengakibatkan sakit luar biasa yang sangat menyiksa.

·        Sinar Inframerah 
Bahaya sinar Inframerah ini juga tidak kalah bahayanya dari sinar ultra violet. Jika pada sinar Ultraviolet akibatnya bisa langsung dirasakan, maka pada sinar Inframerah ini menyerang secara pelan-pelan dan jangka panjang. 

·          Fume (debu/asap las).
Dalam melakukan pengalasan menggunakan elektroda, fume merupakan salah satu hal yang membahayakan bagi lingkungan, karena didalamnya terdapat kandungan karbonmonoksida, karbondioksida, nitrogen yang apabila terhirup dapat menyebabkan penyakit, cara untuk mengatasi fume adalah dengan memperbaiki sirkulasi saat melakukan pengelasan, agar asap las yang dihasilkan saat pengelasan tidak menyebar pada lingkungan sekitar,

·          Gas.
Pengelasan dengan menggunakan gas asetelin, juga membahayakan, karena didalam gas tersebut juga terdapat kandungan yang sama seperti elektroda yang telah di jelaskan sebelumnya dan dapat membahayakan bagi masyarakat sekitar, selain itu tabung gas las yang tidak dirawat dengan baik juga dapat menyebabkan ledakan apabila terjadi kebocoran, dan kebakaranya dapat merembet ke rumah warga sekitar, cara untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki sirkulasi dan selalu mengecek kondisi peralatan las.

·          Suara.
Suasana suara bising yang ditimbulkan oleh pekerja las dapat mengganggu masyarakat yang berada disekitar tempat las tersebut,  untuk megatasinya dapat membuat struktur bangunan yang dapat menahan suara yang dihasilkan dari pekerja yang berada di dalam.

·           Percikan Las.
Pengelas yang sering kali melakukan pengelasan diluar dapat mengganggu masyarakat karena sering kali percikan yang di hasilkan mengenai pengendara ataupun pejalan kaki yang melewati tempat tersebut.


3.     DAMPAK POSITIF DARI BENGKEL LAS TERHADAP LINGKUNGAN:

·        Memberi lapangan pekerjaan
Masyarakat sekitar yang mempunyai kemampuan dasar mengelas dapat menjadi pekerja pada bengkel las, sehingga mengurangi jumlah pengangguran di lingkungan tersebut.

·        Mempermudah masyarakat sekitar
Mempermudah segala rencana pembuatan barang ataupun reparasi barang yang berkaitan dengan pengelasan, bengkel las menjadi solusi untuk mempermudah suatu pengerjaan yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat lingkungan.